Catatan Perjalanan : Gunung Merbabu 3142 mdpl

19.53 Ophi Kartika P 0 Comments




MERBABU 3142 mdpl , 30 maret – 1 april 2012


Serasa otak terbang keawang awang tetapi bertemu mendung kemudian hujan disertai badai, petir dicampur pusaran angin topan, ya mungkin begitu gambaran pikiranku saat itu. Temanku, yudi yang ehem sepertinya juga baru dilemma menginisiasi “besok naik ke merbabu yok” . masih jadi wacana aja waktu itu obrolan mau naik lagi kemerbabu di burjo tingkat. Minggu lalu odang, arok, reza, anduk sama ciko udah naik ke merbabu, sedangkan aku nggak ikut karena masih ngerjain laporan.


Celoteh malam itu ditanggapi chiko dengan santai dan mau naik loagi ke merbabu. Azu juga ngajakin ke merbabu karena minggu lalu bernasib sama denganku, bercinta dengan laporan.


Jumat sore, 30 maret diburjo tingkat


Malam itu akhirnya yang berangkat ke merbabu adalah aku, reza, yudi dan chiko. reza aja dadakan ikut lagi. Kami memilih jalur wekas yang merupakan trek ringan dan dekat dengan jalur pendakian. Perjalanan 2 jam dengan jalan menajak dan nggak rata, ditambah gelap tanpa lampu sedangkan dikanan kiri jalan adalah hutan itu sesuatu banget. aku dan chiko naik ke basecamp duluan sedangkan yudi dan reza masih dibawah karena motor nggak kuat dibawa sampai basecamp. Aku harus turun, jalan kaki, ngedorong motor, kemudian naik lagi, jalan kaki, ngedorong lagi dan seterusnnya, yaa itung itung pemanasan. Sampai basecamp, chiko turun lagi menjemput reza dan yudi. Dibasecamp, bertemu dengan 3 orang pendaki lain yang mau mendaki juga.


31 maret 2012


Malam itu juga setelah istirahat sebentar dan mendaftar dibasecamp, kami langsung melanjutkan pendakian. Jam setangah 1 kami start dari basecamp wekas. Jalan menanjak dan ini adalah pertama kali naik gunugn bawa carier ditengah gelap. Hal yang berat mungkin dirasakan Yudi, selain trek malam, ini adalah pendakian pertamanya. Jalan gelap dan licin karena gerimis sempat mengguyur lereng merbabu jalan bertanah dan pepohonan rimbun disampingnya. Baru aja sebentar naik udah istirahat, pelan pelan kami naik karena Yudi yang berada diurutan belakang berkali kali ngomong “Chik, pelan pelan”  atau “Chik, sabar”, dengan nafas tersengal sengal. Berbeda dengan Chiko yang udah terbiasa naik gunung, pengennya cepet cepet. Diperjalanan kami sempat istirahat lama karena hujan  turun, dan hanya berteduh dengan 1 ponco. Perjalanan kami lanjutkan. Jalan menuju pos 2 hanya tinggal meuruti pralon saluran air yang terlihat dikanan kiri jalan. Jadi, nggak bakal nyasar kalo udah tau saluran air. Aku dan chiko akhirnya memutuskan untuk menuju pos 2 duluan, karena reza menemani yudi yang seperinya kakinya protes dengan jalan ditambah tubuhnya membawa carier bermuatan dome. Setelah 4 jam perjalanan kami mencapai pos 2, langsung bongkar dome dan mendirikanny.



Fajar mulai menyapa dan kabut merbabu manja membelai tubuh kami. Nyalakan kompor, memasak air untuk menyeduh secangkir kopi adalah pilihan yang pas pagi itu. Yudi dan Chiko langsung tepar dengan sleeping bag masing masing dalam dome. 

Sedangkan aku dan reza masih sempat memebuat sarapan dan menikati pagi dimerbabu. Air dipos 2 melimpah, jadi nggak takut kehabisan air. setelah selesai makan dan beres beres alat masak, kami tertidur diluar dome dan langsung masuk ke dome ketika angin membawa dingain kabut gunung.


Aku terbangun ketika seseorang mebangunkanku dari luar dome. Ya, rizal terlihat disana. Dia menyusul kami bersama anduk dan randu. Bincang bincang dan tawa hangat menambah suasana kebersamaan dilereng merbabu. Akhirnya, setelah anduk sampai tempat camp (sementyara itu randu ditinggal) kami berencana untuk kepuncak. 

Dan yang menuju Kenteng Songo hanya aku, ciko, reza dan rizal.Jauhnya jalan menuju puncak membuat kami bukannya cepat cepat, tapi malah santai dengan mendengarkan music bahkan kami sempat menyusun tulisan dengan batu batu dibawah lereng. Merbabu sendiri punya 7 puncak, dengan puncak tertingginya yaitu Kenteng Songo.





Kaki kami terus melangkah melewati puncak geger sapi, dan entah puncak apalagi namanya. Sekitar 4 jam perjalanan menuju puncak, kabut turun dan membatasi jarak pandang kami. Sementara itu, gerimis juga turun. Daaaan tak ada salah satu dari kami yang membawa ponco. 



Akhirnya menunggu kabut turun disertai foto foto, bahkan reza sempat membuat video pendek. Begitu matahari mulai meghangat lagi, kami makin hati hati berjalan karena ditepian jalan adalah jurang. Tangan kamu tak bias diam, meraih batu batu dipinggir tebing dan mengangkat tubuh kami naik. Licin dan terjal. Chiko dan rizal membiarkan aku dan reza unutk naik duluan dan mencicipi nikmatnya menaklukkan puncak merbabu.


Puncak Merbabu, Kenteng Songo…


Bendera merah putih kami berkibar gagah diatas tanah ini. Diatas tanah dengan ketinggian 3142 mdpl. Haru dan bahagia adalah campuran yang dapat menggambarkan suasana waktu itu. Dimana kami dapat mengibarkan merah putih disalah satu gunungmu, Ibu Pertiwi. Dimana kami dapat merasakan dingin angin yang membalut suatu kebanggaan. Kami tak peduli, dingin yang menusuk, tapi senyum kami terhias disana. Senyum kemenangan, senyum kebahagiaan dan tentunya sneyum penuh syukur padaMu Ya Tuhan. Kesempatan, tekat, harapan dan doa mengalir untuk bisa berdiri ditengah megah alamNya.


Langkah kaki kecil kami menapaki tanah dan batu, uluran tangan ketika salah satu berkata “bagi airnya”, seulas senyum dan serangkaian tawa, kau tau? Bahkan hal kecil yang bagi orang lain biasa, terasa begitu luar biasa disini. Cinta. Kebersamaan dialam rimbaNya. Mendaki bukan hanya sekedar mencapai puncak, tapi bagaimana kau menghargai alam yang telah membesarkanMu. Menghargai setiap detik yang telah diberiNya hingga nafas ini masih bisa berhembus seiring denyut nadi yang masih berdetak. Menghargai bagaimana orang orang yang bersama kita saat peluh dan senggalan nafas mereka.


Kami turun dengan cepat karena hari mulai gelap, sedangkan kami hanya membawa 2 headlamp dan yang nyala Cuma 1. Turun sekitar 1 jam dan langsung menuju tenda. Tenda yang kami dirikan kini meliki tetangga tenda lain, ya tenda dari pendaki yang kami temui saat memulai pendakian weaktu itu. Api unggun menghangatkan malam itu, ditambah dengan cengkrama dan kopi yang menambah khas suasana pegunungan. Sementara aku dan reza sibuk lagi bikin makanan apa adanya dan terbilang enak buat digunung. Selesai makan langsung menuju dome, sedikit istirahat untuk memulihkan tubuh kami untuk perjalanan selanjutnya menuju jogja keesokan harinya.


1 April 2012


Morning merbabuuu….. setelah semua terjaga dan mengisi perut, kami langsung packing. Berfoto dengan tetangga sebelah dulu sebelum menuju jogja. 1 jam perjalanan turun dari merbabu, yaa walau terpeleset peleset, ga papalah yang penting sampai basecamp.

Setiap pendakian mempunyai catatan. Catatan berharga ketika besok itu akan terbongkar lagi saat kita berkumpul bersama lagi. Kumpulan naskah naskah yang tertulis rapi kini tersimpan lagi. Cerita tentang kelelahan, keringat, peluh dan nyerinya kaki untuk mendaki. tapi, taka ada yang mengalahkan rasa yang tercipta disni, yaa disini, dipalung hati. Kadang orang tak mengerti kenapa rela begini, capek capek berjalan, rela kedinginan, bahkan mengeluarkan budget yang tak sedikit. mulut acap kali tak bisa menjelaskan.  Sesuatu yang tak bisa dijelaskan karena itu abstrak. Teman apa yang aku tulis tak bisa lagi menjelaskan seperti apa rasanya menemukan makhluk seperti kalian. Yang membawa bahagia baru, semangat baru. Mengukir pribadi menjadi manusia yang lebih baik.

other photos : ALBUM MERBABU

You Might Also Like

0 komentar: