Catatan Perjalanan : Gunung Merapi 2968 mdpl
Merapi 7-8 Februari 2012…
Terkadang cinta tak kami temukan ditengah hingar bingar kota. Kota
dengan semilyar kenikmatan dunia, menawarkan sejuta dunia gemerlap, toko
dengan diskon besar besaran, ataupun fasilitas super lux yang
ditawarkan hotel bintang lima. Bising, macet bercampur emosi orang orang
yang lalu lalang, yaah itu hal lain yang membuat kota juga terasa
membosankan. Namun cinta lebih indah ketika kami menemukannya ditengah
menakjubkan dunia ciptaanNya. Alam belantara. Hutan. Sungai. Selimut
kabut. Deburan angin. Membawa hati kami untuk menaklukkan Puncak Garuda,
yaa puncak gunung berapi yang masih aktif, Gunung Merapi 2968 mdpl …
kembali tergugah untuk mendaki lagi ketika temanku, rizal
mengirim pesan singkat mengajakku untuk mendaki Gunung Merapi (2968mdpl)
bersama teman temannya dari Banjarnegara. mereka adalah Randu,
Arya,Davi, Firas, Bayu dan Haris. Mereka memutuskan untuk mendaki
tanggal 7 Februari 2012. Sore itu 6 februari 2012 aku bertemu dengannya
dan ke-5 temannya diagkringan kemudian tambah Randu setelah hampir
seminggu tak bertemu karena memang baru liburan semester 1. Baru pertama
juga aku bertemu dengan ke-5 teman gozel.
Paginya bangun tidur dan dalam keadaan masih tergolek ditempat tidur,
lamaa banget mikir antara ikut apa nggak. Akhirnya setelah melalui
pertimbangan antara penat dan ada kesempatan untuk mendaki, akhirnya aku
langsung menyambar carier ku dan memasukkan perlengkapan apa adanya. Langsung menuju minimarket cari
perbekalan. Melihat obat, koyo, air minum gede, tissue yang ku letakkan
dikasir serta carrier yang bertengger manis dibelakang punggungku,
petugas kasir bahkan sempat menanyaiku “mau camping mbak?” “nggak, mau
naik gunung mbak” “waah hobi ya? ati ati ya mbak” , lemparan senyum dan
acungan jempol mengakhiri percakapan singkat sama mbak mbak kasir tadi
*coba dikasih diskon mbak*.
Aku memang satu satunya cewek dirombongan mendaki kali ini. Namanya
juga orang Indonesia, ngaret teteeeeep -_____- bilangnya jam 7, nyampe
kosan masih pada gelimpangan sama ngrokok. Akhinya setelah semua packing
kami berangkat menuju jalur Selo, Magelang. Kami berangkat ke pos pendakian Barameru di New Selo, Magelang. Dinggin
angin gunung mulai menyambut tubuh kami ketika kami sampai dibasecamp.
Langsung istirahat sebentar dan sholat, lanjut doa dulu sebelum
pendakian.
Pendakian dimulai…
Langkah demi langkah kami jejakkan disana. Baru aja nyampe jalur awal
pendakian udah pada berhenti diwarung, beli siomay. Jalan menuju pos
satu seperti parit, tanah dan sempit. Pos satupun tak ada tanda sama
sekali, hanya hamparan tanah kosong dan kami istirahat disana. Berhenti
untuk mengisi tenaga, dan mengumpulkan tenaga lagi untuk
mendaki. banyak hal yang aku temukan disini, antara bertemu dengan teman
teman baru yang sebelumnya belom pernah ketemu, bahasa ngapak mereka
yang sumpaah nggak ngerti mereka ngomong apa, sifat terbuka mereka, rasa
persahabatan mereka, tawa mereka dan banyak lagi. Perjalanan kami
lanjutkan menuju pos selanjutnya. Trek semakin menantang dengan jalur
tanah berbatu, sempit, serta terjal.
Akhirnya jam 5 sore nyampe tebing dan kami memutuskan untuk nge-camp
dibalik batu karena anginnya nggak begitu menggoyangkan dome kalo
disini.
2 dome berdiri kokoh. Sunset mulai menyapa, inilah yang paling ditunggu. Keindahan yang begitu luar biasa tentu tak kami lewatkan. Mengabadikan kokohnya Gunung Merapi dengan senja yang begitu cantik. Sementara itu diseberang terlihat Gunung Merbabu yang menjadikan pemandangan yang entah harus dituliskan seperti apa, hanya mata dan hati yang dapat merasakan. Diufuk timur bulan mulai bersinar, sungguh Tuhan memang tak pernah berhenti memberi keindahan bagi bumi ini.
2 dome berdiri kokoh. Sunset mulai menyapa, inilah yang paling ditunggu. Keindahan yang begitu luar biasa tentu tak kami lewatkan. Mengabadikan kokohnya Gunung Merapi dengan senja yang begitu cantik. Sementara itu diseberang terlihat Gunung Merbabu yang menjadikan pemandangan yang entah harus dituliskan seperti apa, hanya mata dan hati yang dapat merasakan. Diufuk timur bulan mulai bersinar, sungguh Tuhan memang tak pernah berhenti memberi keindahan bagi bumi ini.
Malam mulai memeluk, kami membuat penghangat dari rumput dan kayu kering, sementara ada yang memanaskan api untuk ngopi, bikin mi dan lain lain.Kebersamaan yang begitu hangat, canda dan cerita semakin menghangatkan jiwa kami ditengah dinginnya malam. Udara yang manja membelai tubuh kami yang menggigil didekat perapian tak menyurutkan tawa kami. Lagu dari box music milik situm menambah keramahan hati kami untuk berbagi. Uluran tangan memberi secangkir kopi, suapan mi, potong potongan roti, kacang yang jadi rebutan. Kota yang telihat dari atas dengan lampu lampu gemerlapnya, dan awan menjadikan pemandangan yang sungguh indah. Bulan tersenyum dengan teragnnya, ditemani bintang yang menjadikan malam itu terlalu indah untuk tak terekam dalam memori otak ini. Tak peduli kami baru saja bertemu kemaren malam, jalinan hangat persahabatan tumbuh dalam pendakian ini. Setelah melepas kelelahan beratapkan langit, akhirnya kami memutuskan untuk tidur. Kami coba pejamkan mata dan tertidur dikaki merapi.
8 januari 2012
Aku terbangun mendengar suara randu memanggil manggil untuk melihat
sunrise. Ku kucek mata ku setengah sadar. Ku buka pintu dome dan
yang ku dapati adalah ucapan “Good Morning” seorang wanita Canada
menyapaku, ku balas dengan senyum dan ucapan yang sama. Wanita itu
bersama seorang laki laki yang juga dari Canada dan seorang pemandu
local yang sempat ngobrol pendek denganku. Aku langsung meuju ke atas
tebing dan…. Waaaw mentari tersenyum menghangatkan tubuh, dan juga jiwa
ini. DSLR randu mulai beraksi, foto foto dengan latar sunrise yang
begitu cantik. Daun daun tampak basah dan butiran embun yang berapa
diujungnya terlihat sepeti mutiara terkena jingga sinar matahari.
Tuhan, begitu indah ciptaanmu, kami bukan apa apa dibanding dengan
keagunganMu. Manusia manusia yang mengaharapkan kedamaian dialam
ciptaanMu. Mendaki tak hanya tentang kebebasan, tapi juga mendekatkan
hati padaMu. Mendekatkan jiwa yang telah tercoret oleh kesombongan,
kebohongan dan entah dosa apa lagi yang pernah kami buat. Tapi disini,
mata kami terbuka, keindahana yang Kau lukis, alam dan pernak pernik
yang melengkapinya membuat kami sadar begitu kecil kami, begitu bodoh
kami jika tak mensyukuri apa yang telah kau beri dan ciptakan untuk
kami.
Di pasar bubrah kami bertemu pendaki lain yang sepertinya akan turun pagi itu juga. Perjalanan kami menuju puncak penuh perjuangan. Dengan jalan menuju puncak yang berapasir juga lereng yang sangat terjal menuntut kami untuk sangat hati hati, sementara kabut masih menyelimuti jalan menuju puncak. Nekat. Itulah kata yang tepat untuk kami. Aku sendiri dari naik gunung ingin sekali mencapai puncak. rizal dan situm mulai mencari jalan untuk keatas. Satu persatu kami mengikuti. Jalan 2 langkah, turun 1 langkah, begitu seterusnya karena jalan berangin, pasir dan curam, sementara itu disamping kami adalah jurang yang siap menangkap tubuh jika lengah merasuk. Kami saling tunggu karena haris masih dibelakang, maklum ini adalah pertama kali dia naik gunung. Ditengah perjalanan kami bertemu dengan seorang pendaki asal Ukraina, mr. Alex. Kami sempat heran orang itu naik digunung seterjal itu dengan carier dan sandal –“ Mr. Alex mengikuti jalan yang kami buat, yaa walau sedikit salah jalan.
Akhirnya dengan nafas tersengal sengal kami berhasil mencapai puncak. Rasa lega, haru bercampur bahagia menjadi satu. Puncak garuda kini berada dibawah telapak kaki kami.
Kabut tebal kembali menyelimuti tetapi kemudian angin membawanya pergi,
kemegahan merapi akhirnya kami taklukkan, dengan kawah tepat dibawah
puncak, sungguh suatu ciptaan yang sangat menggugah hati untuk tak
melupakannya.
Kami kembali melangkahkan kaki turun dari puncak dan mengambil carier
yang kami tinggal dipasar bubrah karena akan susah bagi kami untuk
membawa carier sampai kepuncak. Perjalanan berlanjut dengan menuruni
jalan yang menjadi jalan kami mendaki. sedikit licin membuat kami
sesekali terpeleset. singkat cerita langsung sampai New Selo.
Sekilas perjalanan ini menghangatkan jiwa teman. Entah kita
kenal kapan, entah kita berbeda daerah, entah kita kadang tak
sependapat, tapi semua indah terjalani dalam sebuah prolog dan tak tau
kapan epilog. Kita anak manusia yang mencoba mencari damai ditengah kepenatan
dan kepalsuan.
Loh itu gambar yang pertama disebelah mana ya? kok gak liat pas naik kemarin :(
BalasHapusitu dipasar bubrah, sebelum mau kepuncak :D
Hapus