Catatan Perjalanan : Gunung Sindoro 3136 mdpl

12.02 Ophi Kartika P 0 Comments


GUNUNG SINDORO 3136 mdpl 17-19 April 2012


Sibuk ujian tengah semester sepertinya tak menyurutkan nyali kami untuk mendaki lagi. Awalnya rencana mendaki ke gunung sindoro adalah tanggal 26 april. Odang mengajakku ke gunung merapi lagi setelah ujian selesai senin itu, karena memang tanggal 17-20 april sama sekali tak ada jadwal kuliah. Ngobrol dikantin nggak nyampe 15 menit langsung memutuskan untuk ke gunung sindoro. 


Dibalik senja kota jogja, tepatnya didepan kosan gozel, kami berkumpul. Tim pendakian kali ini adalah aku, gozel, odang, anduk, ciko, ian, reza, azu, muklis, dan dua teman gozel, ganjar dan nurfi. Magrib kami berangkat menuju Wonosobo. jalan naik turun dan juga licin karena hujan mengguyur jalur perjalanan kami. 2 kali motor anduk pecah ban, dan membuat kami mau tak mau harus mencari bengkel yang masih buka. Jam 12 kami sampai di basecamp sindoro. Setelah ngobrol dengan yang punya rumah dan melepas lelah sambil bercanda, kami memutuskan untuk tidur. 


18 april 2012


Morning kaki sindoro ………

Subuh aku bergegas bangun dan menuju masjid yang terletak tepat disamping basecamp. Sementara yang lain masih ada yang tidur, bersih bersih, ngambil air, dan packing untuk segera berangkat. Aku, odang, reza dan nurfi juga sempat berjalan mengelilingi perkampungan. Sejuk dan segar, itulah hawa kaki gunung sindoro pagi itu, dikelilingi perbukitan dataran tinggi dieng, membuat tempat ini seperti berada dalam mangkok raksasa. Sementara itu kota wonosobo terlihat kecil dengan kabut yang menyelimutinya. Niatnya sih mau nikmati sunrise ke kebun teh, tapi karena terlalu jauh, maka  kamipun segera kembali ke basecamp.


Kami menyiapkan persediaan air untuk masak dan keperluan lain dalam dirigen dan banyak botol karena menurut bapaknya danau sindoro kering dan telah berubah menjadi kawah. Beberapa bulan yang lalu memang dikabarkan bahwa gunung sindoro kembali beraktivitas. Beruntung kami datang tepat pada saat pendakian kembali dibuka.

Doa dan senyum semangat merekah mewarnai perjalanan kami. Jalan dari basecamp menuju post satu tak begitu berat, karenan kami numpang mobil sayur yang banyak lalu lalang mengangkut hasil kebun dan juga teh. Ini adalah pendakian pertama dengan pemandangan suguhan kebun teh yang menghijau. Tampak beberapa petani teh sibuk menyemai dan juga memetik pucuk demi pucuk bahan baku minuman merakyat ini. Tentunya kesempatan ini tak kami lewatkan dengan hanya berjalan tanpa mengabadikannya, pemandangan indah kebun teh yang berjajar rapi. 


Kami menuju pos 2, mata kami masih dimanjakan dengan hamparan teh. Setapat demi setapak kami lalui, tiba dipos 2 kami beristirahat sekalian mengisi perut dengan mie instan yang kami makan beramai ramai. Inilah salah satu hal yang semakin mendekatkan kami, tak pernah memandang siapa kau, dari mana asalmu, yaa sebuah kebersamaan.


Perjalanan masih jauh, kami bergegas mengemas kembali barang barang dan melangkah lagi. Sudah tidak ada lagi kebun teh dan pohon pohon khas pegunungan mulai kami jumpai. Pos 3, diketinggian ini terlihat kota wonosobo dengan tembok alam dataran tinggi dieng. Kami berhenti sejenak melepas lelah dan meletakkan carier yang menghiasi punggung kami. 


Matahari mulai berada tepat diatas kepala kami dan terus menuju batas khatulistiwa, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak sindoro. Jalur yang kini dilalui tak seenak diawal. Batu dan kemiringan yang ekstrem membuat kami harus memompa tenaga lebih untuk bisa mencapai puncak. Disini ada 3 pendaki yang menyusul, mereka adalah Bintang, Gita dan Anton. Ketiganya adalah anak kelas 2 SMA N 1 Banjarnegara yang sengaja menyusul tim kami.


 Akhirnya kami ber-14 berjalan bersama menuju puncak. Gerimis sempat meghambat langkah kami, namun itu tak mematahkan semangat kami untuk segera bisa sampai puncak dan mendirikan tenda. 


Puncak Sindoro 3136 mdpl ….


Mata kaki kami kini berada dipuncak salah satu gunung dijawa tengah ini, Puncak sindoro berbeda dari puncak gunung lainnya, dimana gunung ini mempunyai tanah super lapang dan luas, diselimuti rumput hijau dan beberapa vegetasi gunung. Kami disambut dengan hawa dingin ditengah ketakjuban akan alamNya. Pohon edelweiss yang kala itu enggan berbunga menyapa kami dengan cantiknya menghiasi puncak ini. Hari mulai malam dan kami bergegas mendirikan dome disamping danau, yaa walau sekarang danaunya telah kering.  Sementara itu tak jauh dari tempat camp kami terdapat kawah yang tak lelah menyemburkan belerang. Kawah ini adalah bekas danau yang kata gozel masih berupa air segar taun lalu, sedangkan sekarang semburan lumpur dan belerang membuat bau khas yang mungkin akan membuat mual kalo kebanyakan ngisepnya. 


Makanan ala kadarnya (enak ga enak yang penting jadi enak kalo digunung) menjadi pengisi perut yang protes dari siang Cuma dikasih mi doank. Gerimis sempat menghangatkan kami malam itu, menghangatkan kebersamaan kami didalam tenda, bercengkrama, membagi kopi dan makanan, dan juga berbagi cerita. Hujan yang turun membuat kami enggan keluar lagi dan menikmati tidur dalam pelukan puncak sindoro. 


19 April 2012


Morning Puncak Sindoro…………….


Pagi itu ditengah belaian kabut dan dingin angin gunung, tak membuat kami malas mengejar sunrise. Sedikit berjalan ke tebing dan menunggu dalam kedinginan. Mentari tak lagi malu menghangatkan bumi, pelan pelan semburat warna jingganya menggradasi langit biru menjadi warna kekuningan, ungu dan merah. Siluet yang indah dengan awan yang berombak menutupi kota, serta 2 gunung yang gagah berdiri diujung sana, merapi dan merbabu membuat kami seakan tak ingin meninggalkan tempat ini. Kesempatan ini tak kami lewatkan dengan hanya menganga dengan cantik alamNya, yaa apalagi kalo bukan foto foto (eet daaaah ni bocah). Sedikit berjalan kelain sisi dari puncak sindoro ini, pemandangan super megah kembali tersaji. Mentari yang mulai menghangat, awan ombak yang mulai berarak, dan didepan kami adalah gunung sumbing yang menjulang. Entah harus seperti apa aku menulisnya, kau tak akan pernah tau betapa nikmat dan indahNya sebelum kau melaluinya :)


Tuhan, seakan Kau tak pernah habis memberi kejutan bagi kami dan manusia manusia lain. Terima kasih dengan kesempatan yang kau berikan pada kami Tuhan, kesempatan yang mungkin tak semua orang bisa melakukannnya. Kesempatan yang akan kami kenang dan menjadi catatan dalam lembar hidup ini. 


Pagi itu kami packing dan membuat sarapan. Beruntung dibalik tanah lapang itu terdapat mata air yang lumayan buat masak dan bekal diperjalanan karena persediaan minum kami semakin menipis. Jam 11 siang kami mulai turun, sebelumnya kami berfoto dulu doonks dipuncak sindoro. Jalan berbatu dan vertical mengharuskan kami untuk waspada agar tak tergelincir. Hujan kembali mengguyur badan sindoro, dan kami memilih beristirahat seraya menikmati kebun teh. Perjalanan kami teruskan menuju basecamp, karena hujan deras kembali datang dan tak tanggung tanggung derasnya, sedikit ngeteh diwarung tengah kebun teh, menikmati gorengan hangat dan cerita cerita menggelitik seputar pendakian menjadi pilihan kami. Setelah semua berkumpul, karena reza, ganjar dan azu tertinggal dibelakang, kami kembali menumpang mobil sayur menuju basecamp. Sampai basecamp, telah tersedia makanan yang walau sederhana tentunya memanjakan perut. Istirahat, sholat dan kami langsung menuju jogja :)


Sekilas pendakian yang akan membawa kami tak henti melangkahkan kaki mengagumi dan mencintai alam Bumi Pertiwi, sebuah zamrud khatulistiwa yang disebut Indonesia. Kekayaan yang luput oleh korupsi, dan polusi hidup, hingga tak ada yang menyangka Tuhan menciptakan keseluruhannya semegah ini. Hutan, pohon, kabut, angin, dan segala hal tentang alam yang mungkin tak dilirik bagi mereka yang berpikir kolot, kenapa harus capek capek mendaki dan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mencapai puncak kemudian turun lagi. Yaa seperti yang aku bilang tadi, kau tak akan pernah tau kenikmatannya sebelum mencapainya sendiri .

other photos : ALBUM SINDORO 


0 komentar:

Catatan Perjalanan : Gunung Merbabu 3142 mdpl

19.53 Ophi Kartika P 0 Comments




MERBABU 3142 mdpl , 30 maret – 1 april 2012


Serasa otak terbang keawang awang tetapi bertemu mendung kemudian hujan disertai badai, petir dicampur pusaran angin topan, ya mungkin begitu gambaran pikiranku saat itu. Temanku, yudi yang ehem sepertinya juga baru dilemma menginisiasi “besok naik ke merbabu yok” . masih jadi wacana aja waktu itu obrolan mau naik lagi kemerbabu di burjo tingkat. Minggu lalu odang, arok, reza, anduk sama ciko udah naik ke merbabu, sedangkan aku nggak ikut karena masih ngerjain laporan.


Celoteh malam itu ditanggapi chiko dengan santai dan mau naik loagi ke merbabu. Azu juga ngajakin ke merbabu karena minggu lalu bernasib sama denganku, bercinta dengan laporan.


Jumat sore, 30 maret diburjo tingkat


Malam itu akhirnya yang berangkat ke merbabu adalah aku, reza, yudi dan chiko. reza aja dadakan ikut lagi. Kami memilih jalur wekas yang merupakan trek ringan dan dekat dengan jalur pendakian. Perjalanan 2 jam dengan jalan menajak dan nggak rata, ditambah gelap tanpa lampu sedangkan dikanan kiri jalan adalah hutan itu sesuatu banget. aku dan chiko naik ke basecamp duluan sedangkan yudi dan reza masih dibawah karena motor nggak kuat dibawa sampai basecamp. Aku harus turun, jalan kaki, ngedorong motor, kemudian naik lagi, jalan kaki, ngedorong lagi dan seterusnnya, yaa itung itung pemanasan. Sampai basecamp, chiko turun lagi menjemput reza dan yudi. Dibasecamp, bertemu dengan 3 orang pendaki lain yang mau mendaki juga.


31 maret 2012


Malam itu juga setelah istirahat sebentar dan mendaftar dibasecamp, kami langsung melanjutkan pendakian. Jam setangah 1 kami start dari basecamp wekas. Jalan menanjak dan ini adalah pertama kali naik gunugn bawa carier ditengah gelap. Hal yang berat mungkin dirasakan Yudi, selain trek malam, ini adalah pendakian pertamanya. Jalan gelap dan licin karena gerimis sempat mengguyur lereng merbabu jalan bertanah dan pepohonan rimbun disampingnya. Baru aja sebentar naik udah istirahat, pelan pelan kami naik karena Yudi yang berada diurutan belakang berkali kali ngomong “Chik, pelan pelan”  atau “Chik, sabar”, dengan nafas tersengal sengal. Berbeda dengan Chiko yang udah terbiasa naik gunung, pengennya cepet cepet. Diperjalanan kami sempat istirahat lama karena hujan  turun, dan hanya berteduh dengan 1 ponco. Perjalanan kami lanjutkan. Jalan menuju pos 2 hanya tinggal meuruti pralon saluran air yang terlihat dikanan kiri jalan. Jadi, nggak bakal nyasar kalo udah tau saluran air. Aku dan chiko akhirnya memutuskan untuk menuju pos 2 duluan, karena reza menemani yudi yang seperinya kakinya protes dengan jalan ditambah tubuhnya membawa carier bermuatan dome. Setelah 4 jam perjalanan kami mencapai pos 2, langsung bongkar dome dan mendirikanny.



Fajar mulai menyapa dan kabut merbabu manja membelai tubuh kami. Nyalakan kompor, memasak air untuk menyeduh secangkir kopi adalah pilihan yang pas pagi itu. Yudi dan Chiko langsung tepar dengan sleeping bag masing masing dalam dome. 

Sedangkan aku dan reza masih sempat memebuat sarapan dan menikati pagi dimerbabu. Air dipos 2 melimpah, jadi nggak takut kehabisan air. setelah selesai makan dan beres beres alat masak, kami tertidur diluar dome dan langsung masuk ke dome ketika angin membawa dingain kabut gunung.


Aku terbangun ketika seseorang mebangunkanku dari luar dome. Ya, rizal terlihat disana. Dia menyusul kami bersama anduk dan randu. Bincang bincang dan tawa hangat menambah suasana kebersamaan dilereng merbabu. Akhirnya, setelah anduk sampai tempat camp (sementyara itu randu ditinggal) kami berencana untuk kepuncak. 

Dan yang menuju Kenteng Songo hanya aku, ciko, reza dan rizal.Jauhnya jalan menuju puncak membuat kami bukannya cepat cepat, tapi malah santai dengan mendengarkan music bahkan kami sempat menyusun tulisan dengan batu batu dibawah lereng. Merbabu sendiri punya 7 puncak, dengan puncak tertingginya yaitu Kenteng Songo.





Kaki kami terus melangkah melewati puncak geger sapi, dan entah puncak apalagi namanya. Sekitar 4 jam perjalanan menuju puncak, kabut turun dan membatasi jarak pandang kami. Sementara itu, gerimis juga turun. Daaaan tak ada salah satu dari kami yang membawa ponco. 



Akhirnya menunggu kabut turun disertai foto foto, bahkan reza sempat membuat video pendek. Begitu matahari mulai meghangat lagi, kami makin hati hati berjalan karena ditepian jalan adalah jurang. Tangan kamu tak bias diam, meraih batu batu dipinggir tebing dan mengangkat tubuh kami naik. Licin dan terjal. Chiko dan rizal membiarkan aku dan reza unutk naik duluan dan mencicipi nikmatnya menaklukkan puncak merbabu.


Puncak Merbabu, Kenteng Songo…


Bendera merah putih kami berkibar gagah diatas tanah ini. Diatas tanah dengan ketinggian 3142 mdpl. Haru dan bahagia adalah campuran yang dapat menggambarkan suasana waktu itu. Dimana kami dapat mengibarkan merah putih disalah satu gunungmu, Ibu Pertiwi. Dimana kami dapat merasakan dingin angin yang membalut suatu kebanggaan. Kami tak peduli, dingin yang menusuk, tapi senyum kami terhias disana. Senyum kemenangan, senyum kebahagiaan dan tentunya sneyum penuh syukur padaMu Ya Tuhan. Kesempatan, tekat, harapan dan doa mengalir untuk bisa berdiri ditengah megah alamNya.


Langkah kaki kecil kami menapaki tanah dan batu, uluran tangan ketika salah satu berkata “bagi airnya”, seulas senyum dan serangkaian tawa, kau tau? Bahkan hal kecil yang bagi orang lain biasa, terasa begitu luar biasa disini. Cinta. Kebersamaan dialam rimbaNya. Mendaki bukan hanya sekedar mencapai puncak, tapi bagaimana kau menghargai alam yang telah membesarkanMu. Menghargai setiap detik yang telah diberiNya hingga nafas ini masih bisa berhembus seiring denyut nadi yang masih berdetak. Menghargai bagaimana orang orang yang bersama kita saat peluh dan senggalan nafas mereka.


Kami turun dengan cepat karena hari mulai gelap, sedangkan kami hanya membawa 2 headlamp dan yang nyala Cuma 1. Turun sekitar 1 jam dan langsung menuju tenda. Tenda yang kami dirikan kini meliki tetangga tenda lain, ya tenda dari pendaki yang kami temui saat memulai pendakian weaktu itu. Api unggun menghangatkan malam itu, ditambah dengan cengkrama dan kopi yang menambah khas suasana pegunungan. Sementara aku dan reza sibuk lagi bikin makanan apa adanya dan terbilang enak buat digunung. Selesai makan langsung menuju dome, sedikit istirahat untuk memulihkan tubuh kami untuk perjalanan selanjutnya menuju jogja keesokan harinya.


1 April 2012


Morning merbabuuu….. setelah semua terjaga dan mengisi perut, kami langsung packing. Berfoto dengan tetangga sebelah dulu sebelum menuju jogja. 1 jam perjalanan turun dari merbabu, yaa walau terpeleset peleset, ga papalah yang penting sampai basecamp.

Setiap pendakian mempunyai catatan. Catatan berharga ketika besok itu akan terbongkar lagi saat kita berkumpul bersama lagi. Kumpulan naskah naskah yang tertulis rapi kini tersimpan lagi. Cerita tentang kelelahan, keringat, peluh dan nyerinya kaki untuk mendaki. tapi, taka ada yang mengalahkan rasa yang tercipta disni, yaa disini, dipalung hati. Kadang orang tak mengerti kenapa rela begini, capek capek berjalan, rela kedinginan, bahkan mengeluarkan budget yang tak sedikit. mulut acap kali tak bisa menjelaskan.  Sesuatu yang tak bisa dijelaskan karena itu abstrak. Teman apa yang aku tulis tak bisa lagi menjelaskan seperti apa rasanya menemukan makhluk seperti kalian. Yang membawa bahagia baru, semangat baru. Mengukir pribadi menjadi manusia yang lebih baik.

other photos : ALBUM MERBABU

0 komentar:

Catatan Perjalanan : Gunung Merapi 2968 mdpl

19.34 Ophi Kartika P 2 Comments



Merapi 7-8 Februari 2012…

Terkadang cinta tak kami temukan ditengah hingar bingar kota. Kota dengan semilyar kenikmatan dunia, menawarkan sejuta dunia gemerlap, toko dengan diskon besar besaran, ataupun fasilitas super lux yang ditawarkan hotel bintang lima. Bising, macet bercampur emosi orang orang yang lalu lalang, yaah itu hal lain yang membuat kota juga terasa membosankan. Namun cinta lebih indah ketika kami menemukannya ditengah menakjubkan dunia ciptaanNya. Alam belantara. Hutan. Sungai. Selimut kabut. Deburan angin. Membawa hati kami untuk menaklukkan Puncak Garuda, yaa puncak gunung berapi yang masih aktif, Gunung Merapi 2968 mdpl …

kembali tergugah untuk mendaki lagi ketika temanku, rizal mengirim pesan singkat mengajakku untuk mendaki Gunung Merapi (2968mdpl) bersama teman temannya dari Banjarnegara. mereka adalah Randu, Arya,Davi, Firas, Bayu dan Haris. Mereka memutuskan untuk mendaki tanggal 7 Februari 2012. Sore itu 6 februari 2012 aku bertemu dengannya dan ke-5 temannya diagkringan kemudian tambah Randu setelah hampir seminggu tak bertemu karena memang baru liburan semester 1. Baru pertama juga aku bertemu dengan ke-5 teman gozel.

Paginya bangun tidur dan dalam keadaan masih tergolek ditempat tidur, lamaa banget mikir antara ikut apa nggak. Akhirnya setelah melalui pertimbangan antara penat dan ada kesempatan untuk mendaki, akhirnya aku langsung menyambar carier ku dan memasukkan perlengkapan apa adanya.  Langsung menuju minimarket cari perbekalan. Melihat obat, koyo, air minum gede, tissue yang ku letakkan dikasir serta carrier yang bertengger manis dibelakang punggungku, petugas kasir bahkan sempat menanyaiku “mau camping mbak?” “nggak, mau naik gunung mbak” “waah hobi ya? ati ati ya mbak” , lemparan senyum dan acungan jempol mengakhiri percakapan singkat sama mbak mbak kasir tadi *coba dikasih diskon mbak*.

Aku memang satu satunya cewek dirombongan mendaki kali ini. Namanya juga orang Indonesia, ngaret teteeeeep -_____- bilangnya jam 7, nyampe kosan masih pada gelimpangan sama ngrokok. Akhinya setelah semua packing kami berangkat menuju jalur Selo, Magelang. Kami berangkat ke pos pendakian Barameru di New Selo, Magelang. Dinggin angin gunung mulai menyambut tubuh kami ketika kami sampai dibasecamp. Langsung istirahat sebentar dan sholat, lanjut doa dulu sebelum pendakian.

Pendakian dimulai…



Langkah demi langkah kami jejakkan disana. Baru aja nyampe jalur awal pendakian udah pada berhenti diwarung, beli siomay. Jalan menuju pos satu seperti parit, tanah dan sempit. Pos satupun tak ada tanda sama sekali, hanya hamparan tanah kosong dan kami istirahat disana. Berhenti untuk mengisi tenaga, dan mengumpulkan tenaga lagi untuk mendaki. banyak hal yang aku temukan disini, antara bertemu dengan teman teman baru yang sebelumnya belom pernah ketemu, bahasa ngapak mereka yang sumpaah nggak ngerti mereka ngomong apa, sifat terbuka mereka, rasa persahabatan mereka, tawa mereka dan banyak lagi. Perjalanan kami lanjutkan menuju pos selanjutnya. Trek semakin menantang dengan jalur tanah berbatu, sempit, serta terjal.

Akhirnya jam 5 sore nyampe tebing dan kami memutuskan untuk nge-camp dibalik batu karena anginnya nggak begitu menggoyangkan dome kalo disini. 

2 dome berdiri kokoh. Sunset mulai menyapa, inilah yang paling ditunggu. Keindahan yang begitu luar biasa tentu tak kami lewatkan. Mengabadikan kokohnya Gunung Merapi dengan senja yang begitu cantik. Sementara itu diseberang terlihat Gunung Merbabu yang menjadikan pemandangan yang entah harus dituliskan seperti apa, hanya mata dan hati yang dapat merasakan. Diufuk timur bulan mulai bersinar, sungguh Tuhan memang tak pernah berhenti memberi keindahan bagi bumi ini.
Malam mulai memeluk, kami membuat penghangat dari rumput dan kayu kering, sementara ada yang memanaskan api untuk ngopi, bikin mi dan lain lain.Kebersamaan yang begitu hangat, canda dan cerita semakin menghangatkan jiwa kami ditengah dinginnya malam. Udara yang manja membelai tubuh kami yang menggigil didekat perapian tak menyurutkan tawa kami. Lagu dari box music milik situm menambah keramahan hati kami untuk berbagi. Uluran tangan memberi secangkir kopi, suapan mi, potong potongan roti, kacang yang jadi rebutan. Kota yang telihat dari atas dengan lampu lampu gemerlapnya, dan awan menjadikan pemandangan yang sungguh indah. Bulan tersenyum dengan teragnnya, ditemani bintang yang menjadikan malam itu terlalu indah untuk tak terekam dalam memori otak ini. Tak peduli kami baru saja bertemu kemaren malam, jalinan hangat persahabatan tumbuh dalam pendakian ini. Setelah melepas kelelahan beratapkan langit, akhirnya kami memutuskan untuk tidur. Kami coba pejamkan mata dan tertidur dikaki merapi.

8 januari 2012

Aku terbangun mendengar suara randu memanggil manggil untuk melihat sunrise. Ku kucek mata ku setengah sadar. Ku buka pintu dome dan yang ku dapati adalah ucapan “Good Morning” seorang wanita Canada menyapaku, ku balas dengan senyum dan ucapan yang sama. Wanita itu bersama seorang laki laki yang juga dari Canada dan seorang pemandu local yang sempat ngobrol pendek denganku. Aku langsung meuju ke atas tebing dan…. Waaaw mentari tersenyum menghangatkan tubuh, dan juga jiwa ini. DSLR randu mulai beraksi, foto foto dengan latar sunrise yang begitu cantik. Daun daun tampak basah dan butiran embun yang berapa diujungnya terlihat sepeti mutiara terkena jingga sinar matahari. 


Tuhan, begitu indah ciptaanmu, kami bukan apa apa dibanding dengan keagunganMu. Manusia manusia yang mengaharapkan kedamaian dialam ciptaanMu. Mendaki tak hanya tentang kebebasan, tapi juga mendekatkan hati padaMu. Mendekatkan jiwa yang telah tercoret oleh kesombongan, kebohongan dan entah dosa apa lagi yang pernah kami buat. Tapi disini, mata kami terbuka, keindahana yang Kau lukis, alam dan pernak pernik yang melengkapinya membuat kami sadar begitu kecil kami, begitu bodoh kami jika tak mensyukuri apa yang telah kau beri dan ciptakan untuk kami.


Di pasar bubrah kami bertemu pendaki lain yang sepertinya akan turun pagi itu juga. Perjalanan kami menuju puncak penuh perjuangan. Dengan jalan menuju puncak yang berapasir juga lereng yang sangat terjal menuntut kami untuk sangat hati hati, sementara kabut masih menyelimuti jalan menuju puncak. Nekat. Itulah kata yang tepat untuk kami. Aku sendiri dari naik gunung ingin sekali mencapai puncak. rizal dan situm mulai mencari jalan untuk keatas. Satu persatu kami mengikuti. Jalan 2 langkah, turun 1 langkah, begitu seterusnya karena jalan berangin, pasir dan curam, sementara itu disamping kami adalah jurang yang siap menangkap tubuh jika lengah merasuk. Kami saling tunggu karena haris masih dibelakang, maklum ini adalah pertama kali dia naik gunung. Ditengah perjalanan kami bertemu dengan seorang pendaki asal Ukraina, mr. Alex. Kami sempat heran orang itu naik digunung seterjal itu dengan carier dan sandal –“ Mr. Alex mengikuti jalan yang kami buat, yaa walau sedikit salah jalan.

Akhirnya dengan nafas tersengal sengal kami berhasil mencapai puncak. Rasa lega, haru bercampur bahagia menjadi satu. Puncak garuda kini berada dibawah telapak kaki kami. Kabut tebal kembali menyelimuti tetapi kemudian angin membawanya pergi, kemegahan merapi akhirnya kami taklukkan, dengan kawah tepat dibawah puncak, sungguh suatu ciptaan yang sangat menggugah hati untuk tak melupakannya.



Kami kembali melangkahkan kaki turun dari puncak dan mengambil carier yang kami tinggal dipasar bubrah karena akan susah bagi kami untuk membawa carier sampai kepuncak. Perjalanan berlanjut dengan menuruni jalan yang menjadi jalan kami mendaki. sedikit licin membuat kami sesekali terpeleset. singkat cerita langsung sampai New Selo. 

Sekilas perjalanan ini menghangatkan jiwa teman. Entah kita kenal kapan, entah kita berbeda daerah, entah kita kadang tak sependapat, tapi semua indah terjalani dalam sebuah prolog dan tak tau kapan epilog. Kita anak manusia yang mencoba mencari damai ditengah kepenatan dan kepalsuan. 


other photos : ALBUM MERAPI

2 komentar:

Catatan Perjalanan : Gunung Lawu 3265 mdpl

16.45 Ophi Kartika P 1 Comments



Gunung Lawu 3265 mdpl

Gunung lawu yang telatak diantara perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah ini adalah gunung yang sacral menurut kepercayaan penduduk. Pendakian pertamaku dimulai ketika diajak naik gunung, yaa di gunung ini. Nekad juga sebenernya buat mendaki gunung, tapi semua tekad untuk mendaki ada disini, dihati.
*selain memang aku mempunyai keinginan dari dulu untuk mendaki dan menjelajah, ada alasan lain kenapa aku sampai mau capek capek jalan berkilo kilo meter atau ngabisin budget buat hobi yang satu ini*

18 Januari 2012

Jam 1 kumpul didepan lembah kampus biru coy (re:UGM), nyiapin perbekalan dan ngecek perlengkapan. Awalnya nggak tau yang mau berangkat sapa aja, yang penting mah gue ikutan :p ini ni yang bikin lama tunggu tungguan, sampai akhirnya ujan deres bangeeet. Oh iya, yang berangkat akhirnya ada 14 orang, dan Cuma gue sama odang doank yang cewek. Sisanya ada rizal, randu, azu, chiko, anduk, reza, faris, ian, rizal (ada 2), arok, domba sama imam. Ini mah namanya berada disarang penyamun. Kita nunggu ujan berhenti eh ga berhenti berhenti, ya udah berangkat menuju pos Cemoro Sewu, Jawa Timur dengan diiringi gerimis. Bismillah selamat sampai tujuan. Cuuus berangkat deh serasa konvoi, panaas kelamaan duduk dimotor (re:bonceng), ditengah perjalanan motor si anduk yang boncengan sama odang bocor, ya udah deh gue sama rizal juga ikut nungguin, yaa sekalian istirahat dipinggir jalan. Anak anak udah pada cuus duluan, dan akhirnya ketemuan dimana itu lupaa :D

Magrib kita istirahat dulu, sholat sholaaaat. Sampai solo masih gerimis. Pokoknya sepanjang jalan keujanan. Perjalanan dilanjutkan. Trek naik dan berliku, ditambah gelap dan licin dikarenakan abis ujan.  Akhirnya nyampe base camp jam setengah 9nan. Kirain jarak pos jawa tengah sama jawa timur itu jauh, eh ternyata Cuma kebates sama belokan  doank , Cuma sekitar 100meteran –“

Nyampe basecamp nitip motor dulu kerumah sebelah, terus ngopi, makan nasi goreng, pokeran, ngerokok, numpang nonton tv, malah pada dangdutan –“ sedangkan didapur ada yang pada bakar kaos kaki *buseet deh asep nyampe kedepan baunya parah woe* . setelah pada kecapekan, akhirnya kita nginep dulu dibasecamp sebelum paginya mulai pendakian. Dasar ya pada narsis semua, sebelum tidur aja poto” dibasecamp. Tidur ga karuan, gelimpangan kemana mana -____________- untung samping gue ga ngorok (re: odang) hahahaa

19 Januari 2012

Subuh datang…. Setelah pada bangun kita cari sarapan dulu diwarung sebelah. Terus sedikit yaa sok sok rekaman gitulah buat dokumentasi hahaha lanjut packing dan breafing yang eheem gagal karena aturan sebenernya adalah begini “tidak ada yang mendahului gozel dan tidak ada yang dibelakang anduk” yaa liat aja ntar pas pendakian gimana :D
Pendakian dimulai…

Naik naik kepuncak gunung, tinggi tinggi sekali. Karena musim ujan, jadi ga bias liat bunga edelweiss berbunga di lawu. Sebelum sampe pos satu, kita ketemu sama sendang panguripan. Widiih seger bener airnya. Lanjut perjalanan menuju pos satu. Udah mulai kepisah pisah ini rombongan. Udah pada ngos ngosan juga. Padahal masih ada pos 2 ampe pos 5 hahhaa. Udah deh menuju pos 2, makin kepisah pisah. Rizal dan ian duluan mau mencapai pos 3, disusul randu sama arok. Sedangkan gue chiko sama anduk bikin “trio wek wek”, sumpaah geli jalan bareng mereka, kehabisan air dan akhirnya gue minum daun daun yang masih ada airnya. Dan yang parah si anduk yang minum sisa air dibatu. eheem sorry yaa ini trio ga pernah istirahat kalo jalan, Cuma foto foto sama rekaman doank, pas bangat handycamnya ada digue :p yang lain masih ada dibelakang malah pada bikin roti bakar #curaaang sementara kita bertiga kelaparan

Pos 3 dalam keadaan kedinginan dan kekurangan air. Ngirit air disini. Lanjut kepos 4 deh. Sampe sini anak anak berhenti karena kedinginan sama udah loyo. Tapi ke-loyo-an itu terbayar dengan hamparan bukit dan tanah yang diselimuti awan. Sebuah lukisan indah diantara megahnya alam ini. Kami terlihat kecil disini, mahkluk yang bukan apa-apa, terlalu kecil dibandingkan keagunganNya.

Foto foto dulu deh, sayang banget dilewatkan dalam pemandangan yang super ini. Setelah ini pada lanjut ke pos 5 dan langsung menuju tempat camp di Sendang Drajat. Sedangkan gue, chiko, azu, domba, faris nungguin imam, rizal sama reza yang masih dibelakang. Naah bener kan breafingnya gagal, si anduk malah dluan, yang belakang malah rizal. Tepar langsung deh itu reza sampe pos 4. Setelah pada ga jelas bikin video minum minumannya randu, gue, chiko sama azu lanjutin perjalanan. Ini ni formasi trio jadi berubah. Gilaa pemandangan ajib pas sampe pos 5 dan lanjut ke camp hargo dumilah. Hamparan ilalang dan vegetasi khas dataran tinggi, hijau dan kuning berpadu tergradasi diselingi semburat merah dan batu tertata rapi, eksotis ! *jadi pengen bikin foto pra wedding disini #eh*

tiba dicampnya, dome randu udah berdiri. oh iya disini air melimpah karena kita ngecamp tepat disamping Sendang Drajat dan yang pasti ada waruuuuung *baru ini ada warung nyampe kepuncak* masak masaaak, digunung rasa makan itu juga Cuma ada dua, enak sama enak banget. Jadi ya enak ga enak tetep dimakan donks :D sementara itu dibalik bukit mentari mulai memasuki batas cakrawala…. Gue, gozel, odang, anduk, arok sama imam jalan cepet kebalik bukit buat liat sunset.

Daaaan, Subhanallah, semburat warna jingga dengan biru memayungi bukit bertangkaikan hamparan awan, sementara dibawahnya adalah kota, danau dan lukisan alam tergores dalam perspektif tanpa titik.  pelangi seolah memberi senyum dengan membentangkan warna eloknya diatas awan. Angin yang bertiup dan kabut yang sedikit mengintip menambah lengkap suasana khas gunung. Hangat mentari tak mengalahkan dingin yang mulai menusuk tulang, tapi rasa cinta dan takjublah yang menghangatkan jiwa kami untuk meneguk kesempatan yang mungkin tak akan kami lihat lagi. Pemandangan yang memanjakan serta rengkuhan hangat rasa persahabatan yang akan selalu tersimpan rapi dalam lembaran ini.
Tidur langsung deh habis kenyang makan. Randu dan anduk tidur didome, sedangkan yang lain tidur di warung. Gila tetep aja duuingin.

20 Januari 2012

Subuh gue terbangun dengan suara randu yang memanggil buat ngejar sunrise kepuncak. Langsung aja bangun dengan muka yang masih acak acakn pake sepatu dan menuju puncak hargo dumilah. Jarak dari camp dengan puncak ga terlalu jauh. Gelap gelap dikit pula. Tak lama setelah itu akhirnya sampai juga dipuncak tertinggi gunung lawu, yaa HARGO DUMILAH 3265mdpl !!! sumpah seneng banget rasanya naik gunung bisa sampai puncak, emang sih gunung lawu emang track buat pemula kayak gue. Jalannya udah enak dengan batu tertata, ada warung dan banyak air hahhahaaa

Setelah semua nyusul kepuncak, moment tak terlupaka adalah saat foto foto dimana anak anak bikin kategori foto yang ampun deh apa apaan dari kategori regional bogor, banjar, jogja, sumatera, kelas A, kelas B, kelas C, mantan ketua PA, yang suka rokok, yang kemaren ngabisin minumnya randu de el el. Sumpaah ini dipuncak menghabiskan waktu buat foto-foto. terus kita kepuncak hargo dalem, niatnya sih mau ke warung Mbok Yem, tapi mbok yemnya lagi tutup. Ya udah deh turun lagi ke Sendang Drajat buat sarapan dulu terus packing dan turun ke basecamp pendakian. Turunnya ternyata lebih capek, dengkul serasa mau copot buat nahan beban tubuh, mana di pos 2 keujanan sama kedinginan pula. Si odang, chiko sama anduk udah nyampe basecamp duluan, disusul gue, randu sama imam. Yang lain masih ada dibelakang. Setelah pada nyampe semua dibasecamp, istirahat bentar, makan, ibdah dan langsung packing menuju jogja. Dijalan anak anak malah pada balapan, curang banget si ian sama rizal curi start, sementara gue yang dibonceng harap harap cemas komat kamit megangin carier gojel. Mampir makan malam diklaten, terus cuuuus ke jogja dengan balapan lagi. Malemnya nginep deh ditempat pak bos yang baik hati “meminjami” kosannya buat kami hahhahaaaaa :D

Ini adalah sekeping awal perjalananku. Entah, tapi aku punya tekad untuk bisa terus melangkah menaklukkan setiap puncaknya. Disini aku temukan sesuatu  yang lain. Tekad. Impian. Harapan. Persahabatan. Cinta. Tawa mereka, keluh mereka saat leleh mulai memeluk. Tapi tekad mereka, semangat mereka untuk tak menyerah sebelum mencapai puncak adalah kekuatan. Dan persahabatan yang terjalin serta rasa ‘saling memiliki” itulah yang membuatku ingin mendaki lagi. Cinta. Yaa cinta ini yang akhirnya membawaku mempunyai tekad untuk terus membelah tanah ibu pertiwi. Mencari damai, mengasah pribadi, mengukir cinta. Aku yakin, akan ada awal bahagia setelah kami “mencapainya” :)

other photos : ALBUM LAWU

1 komentar: