Catatan Perjalanan : Gunung Sindoro 3136 mdpl
Sibuk ujian tengah semester sepertinya tak menyurutkan nyali
kami untuk mendaki lagi. Awalnya rencana mendaki ke gunung sindoro adalah
tanggal 26 april. Odang mengajakku ke gunung merapi lagi setelah ujian selesai
senin itu, karena memang tanggal 17-20 april sama sekali tak ada jadwal kuliah.
Ngobrol dikantin nggak nyampe 15 menit langsung memutuskan untuk ke gunung
sindoro.
Dibalik senja kota jogja, tepatnya didepan kosan gozel, kami
berkumpul. Tim pendakian kali ini adalah aku, gozel, odang, anduk, ciko, ian,
reza, azu, muklis, dan dua teman gozel, ganjar dan nurfi. Magrib kami berangkat
menuju Wonosobo. jalan naik turun dan juga licin karena hujan mengguyur jalur
perjalanan kami. 2 kali motor anduk pecah ban, dan membuat kami mau tak mau
harus mencari bengkel yang masih buka. Jam 12 kami sampai di basecamp sindoro.
Setelah ngobrol dengan yang punya rumah dan melepas lelah sambil bercanda, kami
memutuskan untuk tidur.
18 april 2012
Morning kaki sindoro ………
Subuh aku bergegas bangun dan menuju masjid yang terletak tepat
disamping basecamp. Sementara yang lain masih ada yang tidur, bersih bersih,
ngambil air, dan packing untuk segera berangkat. Aku, odang, reza dan nurfi
juga sempat berjalan mengelilingi perkampungan. Sejuk dan segar, itulah hawa
kaki gunung sindoro pagi itu, dikelilingi perbukitan dataran tinggi dieng,
membuat tempat ini seperti berada dalam mangkok raksasa. Sementara itu kota
wonosobo terlihat kecil dengan kabut yang menyelimutinya. Niatnya sih mau
nikmati sunrise ke kebun teh, tapi karena terlalu jauh, maka kamipun segera kembali ke basecamp.
Kami menyiapkan persediaan air untuk masak dan keperluan lain dalam
dirigen dan banyak botol karena menurut bapaknya danau sindoro kering dan telah
berubah menjadi kawah. Beberapa bulan yang lalu memang dikabarkan bahwa gunung
sindoro kembali beraktivitas. Beruntung kami datang tepat pada saat pendakian
kembali dibuka.
Doa dan senyum semangat merekah mewarnai perjalanan kami.
Jalan dari basecamp menuju post satu tak begitu berat, karenan kami numpang
mobil sayur yang banyak lalu lalang mengangkut hasil kebun dan juga teh. Ini
adalah pendakian pertama dengan pemandangan suguhan kebun teh yang menghijau.
Tampak beberapa petani teh sibuk menyemai dan juga memetik pucuk demi pucuk
bahan baku minuman merakyat ini. Tentunya kesempatan ini tak kami lewatkan
dengan hanya berjalan tanpa mengabadikannya, pemandangan indah kebun teh yang
berjajar rapi.
Kami menuju pos 2, mata kami masih dimanjakan dengan
hamparan teh. Setapat demi setapak kami lalui, tiba dipos 2 kami beristirahat
sekalian mengisi perut dengan mie instan yang kami makan beramai ramai. Inilah
salah satu hal yang semakin mendekatkan kami, tak pernah memandang siapa kau,
dari mana asalmu, yaa sebuah kebersamaan.
Perjalanan masih jauh, kami bergegas mengemas kembali barang
barang dan melangkah lagi. Sudah tidak ada lagi kebun teh dan pohon pohon khas
pegunungan mulai kami jumpai. Pos 3, diketinggian ini terlihat kota wonosobo
dengan tembok alam dataran tinggi dieng. Kami berhenti sejenak melepas lelah
dan meletakkan carier yang menghiasi punggung kami.
Matahari mulai berada tepat diatas kepala kami dan terus menuju batas khatulistiwa, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak sindoro. Jalur yang kini dilalui tak seenak diawal. Batu dan kemiringan yang ekstrem membuat kami harus memompa tenaga lebih untuk bisa mencapai puncak. Disini ada 3 pendaki yang menyusul, mereka adalah Bintang, Gita dan Anton. Ketiganya adalah anak kelas 2 SMA N 1 Banjarnegara yang sengaja menyusul tim kami.
Akhirnya kami ber-14 berjalan bersama menuju puncak. Gerimis sempat meghambat langkah kami, namun itu tak mematahkan semangat kami untuk segera bisa sampai puncak dan mendirikan tenda.
Matahari mulai berada tepat diatas kepala kami dan terus menuju batas khatulistiwa, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak sindoro. Jalur yang kini dilalui tak seenak diawal. Batu dan kemiringan yang ekstrem membuat kami harus memompa tenaga lebih untuk bisa mencapai puncak. Disini ada 3 pendaki yang menyusul, mereka adalah Bintang, Gita dan Anton. Ketiganya adalah anak kelas 2 SMA N 1 Banjarnegara yang sengaja menyusul tim kami.
Akhirnya kami ber-14 berjalan bersama menuju puncak. Gerimis sempat meghambat langkah kami, namun itu tak mematahkan semangat kami untuk segera bisa sampai puncak dan mendirikan tenda.
Mata kaki kami kini berada dipuncak salah satu gunung dijawa
tengah ini, Puncak sindoro berbeda dari puncak gunung lainnya, dimana gunung
ini mempunyai tanah super lapang dan luas, diselimuti rumput hijau dan beberapa
vegetasi gunung. Kami disambut dengan hawa dingin ditengah ketakjuban akan
alamNya. Pohon edelweiss yang kala itu enggan berbunga menyapa kami dengan
cantiknya menghiasi puncak ini. Hari mulai malam dan kami bergegas mendirikan
dome disamping danau, yaa walau sekarang danaunya telah kering. Sementara itu tak jauh dari tempat camp kami
terdapat kawah yang tak lelah menyemburkan belerang. Kawah ini adalah bekas
danau yang kata gozel masih berupa air segar taun lalu, sedangkan sekarang
semburan lumpur dan belerang membuat bau khas yang mungkin akan membuat mual
kalo kebanyakan ngisepnya.
Makanan ala kadarnya (enak ga enak yang penting jadi enak
kalo digunung) menjadi pengisi perut yang protes dari siang Cuma dikasih mi
doank. Gerimis sempat menghangatkan kami malam itu, menghangatkan kebersamaan
kami didalam tenda, bercengkrama, membagi kopi dan makanan, dan juga berbagi
cerita. Hujan yang turun membuat kami enggan keluar lagi dan menikmati tidur
dalam pelukan puncak sindoro.
19 April 2012
Pagi itu ditengah belaian kabut dan dingin angin gunung, tak
membuat kami malas mengejar sunrise. Sedikit berjalan ke tebing dan menunggu
dalam kedinginan. Mentari tak lagi malu menghangatkan bumi, pelan pelan
semburat warna jingganya menggradasi langit biru menjadi warna kekuningan, ungu
dan merah. Siluet yang indah dengan awan yang berombak menutupi kota, serta 2
gunung yang gagah berdiri diujung sana, merapi dan merbabu membuat kami seakan
tak ingin meninggalkan tempat ini. Kesempatan ini tak kami lewatkan dengan
hanya menganga dengan cantik alamNya, yaa apalagi kalo bukan foto foto (eet
daaaah ni bocah). Sedikit berjalan kelain sisi dari puncak sindoro ini, pemandangan
super megah kembali tersaji. Mentari yang mulai menghangat, awan ombak yang
mulai berarak, dan didepan kami adalah gunung sumbing yang menjulang. Entah harus
seperti apa aku menulisnya, kau tak akan pernah tau betapa nikmat dan indahNya
sebelum kau melaluinya :)
Tuhan, seakan Kau tak pernah habis memberi kejutan bagi kami
dan manusia manusia lain. Terima kasih dengan kesempatan yang kau berikan pada
kami Tuhan, kesempatan yang mungkin tak semua orang bisa melakukannnya. Kesempatan
yang akan kami kenang dan menjadi catatan dalam lembar hidup ini.
Pagi itu kami packing dan membuat sarapan. Beruntung dibalik
tanah lapang itu terdapat mata air yang lumayan buat masak dan bekal
diperjalanan karena persediaan minum kami semakin menipis. Jam 11 siang kami
mulai turun, sebelumnya kami berfoto dulu doonks dipuncak sindoro. Jalan berbatu
dan vertical mengharuskan kami untuk waspada agar tak tergelincir. Hujan kembali
mengguyur badan sindoro, dan kami memilih beristirahat seraya menikmati kebun teh.
Perjalanan kami teruskan menuju basecamp, karena hujan deras kembali datang dan
tak tanggung tanggung derasnya, sedikit ngeteh diwarung tengah kebun teh,
menikmati gorengan hangat dan cerita cerita menggelitik seputar pendakian
menjadi pilihan kami. Setelah semua berkumpul, karena reza, ganjar dan azu
tertinggal dibelakang, kami kembali menumpang mobil sayur menuju basecamp. Sampai
basecamp, telah tersedia makanan yang walau sederhana tentunya memanjakan
perut. Istirahat, sholat dan kami langsung menuju jogja :)
Sekilas pendakian yang akan membawa kami tak henti
melangkahkan kaki mengagumi dan mencintai alam Bumi Pertiwi, sebuah zamrud
khatulistiwa yang disebut Indonesia. Kekayaan yang luput oleh korupsi, dan
polusi hidup, hingga tak ada yang menyangka Tuhan menciptakan keseluruhannya
semegah ini. Hutan, pohon, kabut, angin, dan segala hal tentang alam yang
mungkin tak dilirik bagi mereka yang berpikir kolot, kenapa harus capek capek
mendaki dan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mencapai puncak kemudian turun
lagi. Yaa seperti yang aku bilang tadi, kau tak akan pernah tau kenikmatannya
sebelum mencapainya sendiri .
other photos : ALBUM SINDORO
0 komentar: