PUNCAK ABADI PARA DEWA 3676 mdpl - MAHAMERU
Ini adalah pendakian paling aku tunggu. Gunung Semeru 3676 mdpl. Udah lama aku nunggu buat mendaki
gunung ini, setelah sekitar 3 taun ngiler menahan rasa buat naik ke ini gunug,
gara gara teracuni oleh novelnya mas Donny Dirgantara, 5 cm, akhirnya mimpi ku
terwujud :D awal pendakian aku memang berencana untuk kesini, dan liburan
semester 2 ku putuskan untuk mendaki dippuncak para dewa ini.
Besama ke-5 temanku, odang (cewek yg setia kalo aku ajakin
naik gunung), azu (ni orang juga terobsesi naik semeru gara gara 5 cm), yudi
(mau ngilangin stress dan mau cari kringet katanya hahahaha), ardi (ikut
ikutan aja), mukhlis (antara pelawak, stand up comedy dan mahasiswa). 17-19
juli 2012.
16 juli 2012
Aku udah nangkring dikosan odang untuk packing sore itu
sekalian nunggu anak anak kumpul. Kami
ber-6 menuju stasiun Tugu Yogyakarta utuk naik kereta ke Solo sebelum menuju
kota Malang. Kami berangkat jam 6 dari jogja dan tiba 1 jam kemudian distasiun
Solojebres, dengan modal Rp. 9000 doank naik kereta Pramex. Karena kereta
Matarmaja yang akan kami naiki berangkat jam 1 pagi, ya udah nongkrong
diangkringan depan stasiunpun jadi. Setelah sekitar 6 jam nungguin kereta
ekonomi seharga Rp.41.000 itu, akhirnya kami melangkahkan kaki memasuki
gerbong. Daaaan……. Di odang hampir ngajakin balik gara gara kereta yang penuh,
bercampur aroma aroma “segar” memusingkan hahahhaa mau tak mau, karena udah
TEKAD ya udah ditahan tahan buat nyampe malang.
7 jam perjalanan solo-malang akhirnya berakhir distasiun
terakhir, Malang Kota baru. Disana kami ketemuan dulu sama Rizal yang naik
travel ke malang. Dan, berunutng banget dah emak si azu adalah Kapala NTBTS (you know laah si ibu cantiik) , jadi begitu nyampe stasiun udah dijemput pake mobil
dinas hahahhaaa :D Distasiun ini kami
juga bertemu rombongan gozel, anduk, situm, reza dan faris. Bedanya mereka
berangkat sendiri dari jogja. Dari stasiun Manang ke tumpang bisa sewa kendaraan (mobil/angkot kurang tau bayar berapa) dan dari tumpang ke Ranu pane pendaki bisa sewa mobil jeep, sekitar Rp. 400.000an

Kami ber-7 diantar sampe guest house buat istirahat bentar
setelah sebelumnya nikmati rawon malang dulu. Mandi dan packing ulang serta cek
perlengkapan juga dilakukan. Kami kembali diantar ke Ranu Pane yang merupakan
basecamp pendakian resmi Gunung Semeru. Dari tumpang ke ranu pane sebenernya
para pendaki yang berasal dari luar kota bisa nyewa jeep atau truk yang
mengangkut pendaki ke basecamp ranu pane.
Kami tiba disana pukul 14.00, disana udah ada doler, ian,
firas, dan arok yang telah sampai duluan. Rombongan kami kini rame, 16 orang
naik bareng ke semeru :D
Sebelum pendakian, pendaki wajib lapor ke basecamp. Jangan
lupa unutk menyiapkan surat keterangan sehat, materai dan fotocopy KTP.
Jam 15.00 kami start dari basecamp ranu pane. 1 jam
perjalanan yang agak naik menuju pos 1. Dari pos 1 ke pos 2 bisa ditempuh
sekitar 1,5 jam. Pos 2 ke pos 3 juga bisa 1,5-2 jam. Trek masih enak, banyak
landai dan sedikit tanjakan, ditambah dengan pemandangan awan yang eksotis,
ajiib. Menuju pos 4 jalan agak naik, pos 4 adalah kawasan Ranu Kumbolo, danau
yang terletak dilereng Semeru ini adalah favorit camp pendaki. Ranu Kumbolo
merupakan pintu nangin, jadi nggak heran kalo dinginnya (katanya) bisa nyampe -4. Jam 8
kami mulai mendirikan tenda dan memasak masakan untuk makan malam, mengingat
tenaga udah hampir habis buat trekking. Malam itu camp ranu kumbolo ramai oleh
tenda para pendaki, maklum udah liburan dan menjelang puasa.
17 Juli 2012
Morning Ranu Kumbolo….
Sayang danau indah itu terpayungi sedikit mendung, padahal
kalo nggak bias liat sunrise yang pas banget bisa muncul ditengah bukit yang
mengapit ranu kumbolo. Udara dingin dan menyapu tak membuat kami malas buat
foto foto hehe
Kami mulai packing dan mulai trekking lagi menuju camp
Kalimati.
Jam 10 kami start dari ranu kumbolo. Doler dan ardi memilih untuk
tetap camp diranu kumbolo karena doler udah pernah nyampe puncak, sedangkan
ardi kecapekkan. Trek selanjutnya dari ranu kumbolo adalah……….. *gendering
ditabuh* Tanjakan Cinta. Asal punya usul, mitos tanjakan cinta adalah barang
siapa yang mendaki terus keatas tanpa berhenti dan nggak noleh bawah, orang
yang dipikirin pas naik itu bakalan jadi jodohnya. Tapi ya ga tau deh, namanya
jodohkan ditangan Tuhan hahahhaa
Ngos ngosan mencapai puncak tanjakan cinta, mata dimanjakan
dengan padang savanna atau lebih dikenal dengan sebutan Oro oro Ombo. Jalur ada
2, mau lewat bawah apa atas, tapi ketemunya sama aja. Diujung savanna ada
cantik lavender ungu yang siap untuk latar foto foto (buseet dah kayak orang
promosi perumahan).
Selanjutnya adalah trek Kandangan yang merupakan hutan
cemara. Sedikit menanjak tapi juga banyak landainya. 4 jam kami lalui menuju
camp Kalimati.
Kanan kiri jalan banyak edelweiss yang mulai berbunga, karena
musim bunganya adalah sekitar juni sampai agustus. Kami kehujanan menuju camp
ini.

Unutungnya Kalimati adalah camp pendakian yang udah ada bangunan, jadi kami
nggak perlu repot ndiriin tenda (hehe lumayan pak ingot kenal yang jaga, jadi
kami dapet ruangan buat ngelepas lelah. makasih pak ingoot). Udara dingin dan hujan membuat kami
langsung ganti pakaian yang tadinya basah, kemudian masak karena perut udah
laper. Pak ingot sendiri menyuruh kami segera istirahat karena malamnya akan
dilakukan pendakian ke puncak gunung semeru, Mahameru. Dari pengelola sendiri sebenarnya hanya
mengijinkan pendaki untuk sampai Kalimati, untuk trek sampai puncak
merupakan tanggung jawab pendaki sendiri
mengingat mahameru termasuk berbahaya. Puncaknya mempunyai kawah yaitu Jonggring
Saloka yang menyemburkan gas beracun. Oleh karena itu pendaki yang telah sampai
puncak Mahameru diusahakan turun sebelum jam 10 pagi karena gas beracun yang
terbawa angin sangat berbahaya bagi pendaki. Tentunya sebagian besar pendaki
juga telah mengetahui sang demonstran dan pencinta alam UI pertama, Soe Hok Gie
dan Idhan Lubis meninggal di Mahameru karena menghirup gas beracun ini.
Malam itu kami habiskan dengan tawa mukhlis dan juga music
box-an. Sinting emang, udara yang dingin jadi panas gara gara ketawa ga berenti
berenti. Hujan dan angin dingin Kalimati membuat kami enggan keluar ruangan.
Sebenarnya kami sudah pesimis muncak karena cuaca yang tidak bisa diprediksi. Capek
ketawa, akhirnya kami tidur. Jam 12 kami dibangunkan arok yang ngajak muncak.
Pak ingot sendiri juga bilang “siap siap saja, kalau jam 1 memungkinkan untuk
naik, kita akan muncak, kalau tidak, saya sendiri juga nggak berani, resikonya
terlalu besar”. Kami langsung siap siap, baju 5 lapis ditambah tutup kepala,
sarung tangan, 3 lapis kaos kaki menjadi kostum pendakian menuju Mahameru. Gerimis
masih mengguyur, kami harap harap cemas juga melihat kondisi yang seperti itu.
Jam 1 pagi pak ingot mengijinkan kami untuk naik. Peralatan, carier dll kami
tinggal di camp karena tak memungkinan membawa semuanya ke puncak. Kami hanya
membawa minum dan makanan kecil untuk bekal perjalanan. Rombongan kami
membentuk lingkaran kecil ditambah dengan rombongan lain yang siap muncak
berdoa unutk keselamatan kami.
Langkah kaki kami menuju Mahameru…..
Tekad kami telah bulat untuk mencapai Puncak Para Dewa,
ditengah gerimis dan angin yang gemuruh kmai mulai melangahkan kai menapaki
tanah ini. Jam 1 berbekal doa kami melawan dingin angin Mhameru demi mencapai
puncaknya. Trek dari Kalimati menuju Arcopodo yang merupakan pos terakhir
pendakian menanjak dan licin karena guyuran hujan. Sekitar setengah jam
berjalan, ternyata yudi yang emang ga biasa trek malem udah ga kuat. Akhirnya
arok dan muklis mengantarkannya kembali ke camp Kalimati, sementara kami melanjutkan
perjalanan dan menununggu mereka di pos Arcopodo. Asli baju 5 lapis ga berhasil
menghangatkan tunuh, kami kedinginan dan bersembunyi cekungan tanah sembrani
menunggu, yaa akhinya ketiduran disana. Sekitar 30 menit kemudian, arok dan
muklis telah bergabung ke rombongan kami. Perjalanan kami lanjutkan, kabut
tebal menyapa, jalan tetap menanjak dan bertanah. Disini kami tidak boleh
berjalan jauh satu sama lain, karena rawan hilang. Kawasan yang katanya sering
ngilangin orang atau wingit atau apalah sebutannya yaitu Blank75 adalah kawasan
yang katanya pendaki sering “diputer puterin” dan akhirnya jadi nambahin
koleksi “in memoriam”nya Semeru. Sekitar 3 jam kami berjalan, akhirnya sampai
dibatas vegetasi atau Kelik, yang merupakan “gerbang” menuju puncak.
Disini fisik dan mental kai diuji, tanah pasir dengan
kemiringan ekstrem dan kanan kiri jurang, ditambah angin dan dingin menjadi
trek yang mesti kami hadapi jika ingin sampe atas.
Yang kita perlukan adalah kaki yang berjalan lebih jauh,
tangan yang berbuat lebih banyka, leher yang akan lebih sering melihat keatas,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yang seribu
lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dan mulut yang terus
berdoa…

Tak ada kata menyerah, kaki kami melangkah menginjak pasir
semeru, 3 langkah keatas, 1 langkah melorot kebawah. Tangan kami meraih
pegangan batu yang rawan sekali lepas dari genggaman dan meluncur ke bawah.
Lutut kami menahan tubuh dan menguatakan kaki agar tetap kuat karena trek pasir
panjang dan terjal. Mata kami awas melihat ke atas diterangi headlamp, jarak pandang kala itu terbatas sekali. Oksigen yang mulai menipis juga membuat
kami menguatkan tekad untuk terus berjalan, hingga Arok tak kuat lagi dan
membutuhkan oksigen. Ini tak mebuat kami patah semangat, kami kembali
melanjutkan pendakian begitu arok terlihat pulih. Tubuh bergetar diterpa angin,
senggalan nafas begitu terasa. Matahari mulai muncul menghangatkan, tapi tetap
saja dingin angin mengalahkan hangat mahatahari. Sejenak berhenti dan
membalikkan badan, mengagumi dan mengucapkan syukur, indah sekali hamparan awan
yang ada dibawah kami, dan gunugn gunung lain muncul diantarranya. Jalan masih
panjang, kami berjalan lagi, merangkak lagi, istirahat, berjalan lagi,
merangkak dan terus berdoa.

MAHAMERU 3676 MDPL…
Sujud syukur dan tangis haru memecah dingin Mahameru pagin
itu setelah 7 jam melakukan pendakian dari Kalimati. Mengalahkan keegoisan, dan belajar tentang kelapangan serta kebesaran
hati. Aku bersujud dibawah bendera merah putih, bendera Negara ku yang
mempunyai jutaan pesona alam lukisanNya. Kami ber-14 menengadah diatas kawah
Jonggring Saloka, tanah yang kini kami injak adalah tanah impian, entah
mengapa tapi mahameru memberi semua.

Stasiun malang yang memberi kesabaran dan
juga kebesaran hati, ranu pane yang memepertemukan kami ber-16 dan juga
mengenal sosok pak ingot yang sabar menghadapi kami yang tengil, ranu kumbolo
sebuah mangkuk raksasa ditengah semeru yang memberi damai, tanjakan cinta
dengan mitosnya, oro oro ombo dan padang lavender yang menyembuhkan lelah
selesai mengajak kaki nanjak, kalimati yang memberi hangat tawa ditengah badai,
hujan dan angin, arcopodo yang memberi beku ditubuh tapi hangat dihati, daaaan
MAHAMERU yang memberi damai, syukur, indah pelukan sahabat dan air mata yang
membasahi pasirnya. Diatas sini batu memoriam Soe Hok Gie masih terukir. Memberi
semangat jiwa anak Ibu Periwi untuk tetap menghargai alamNya.
Dibawah langit Mahameru pagi itu, segala lelah yang kami
dapati sirna sudah, seakan lupa dengan ngos ngosannya naik kepuncak, suka cita
membungkus kebanggaan ini.
Karena cuaca yang berangin dan juga hari semakin siang, kami
segera turun setelah mengambil beberapa foto dipuncak. Naik ngos ngosan, turun
kayak pelorotan. Kami kembali melewati Arcopodo dan kembali ke camp Kalimati.
Segera packing dan kembali bergabung ke Ranu Kumbolo bersama doler dan ardi.
Pukul sore kami
menuju pos ranu pane. Kami memilih jalan berbeda dari ranu kumbolo menuju ranu
pane. Kata pak ingot, ada 2 jalur unutk pendakian rani pane ke kumbolo. Yang 1
melewati padang ayak ayak, dan kami memutuskan untuk lewat jalan ini.
Daaaaan,…. Buseet dah hampir frustasi lewat tajakan yang ga abis abis, padahal
ini kita mau turun, nah buat pendaki yang mau jalnnya santai dan ga ngeluarin
tenaga banyak pas pulang, jangan coba coba lewat jalur ayak ayak, dijamin serasa
mau naik lagi.
Setelah empot empotan naik terus meluncur turun dari jalur
ini, akhirnya jam 8 kami tiba di basecamp ranu Pane. Dan sialnya yang jual
emblem udah tutup T_____T . kami memutuskan untuk langsung menuju ke malang, ke
rumah dinas kehutanan untuk istirahat, dan siangnya menuju jogja .
Malang ……
Kereta Malabar (Rp. 110.000) yang membawa kami pukul 4 sore itu melaju
meninggalkan kota Malang dan sejuta kenangannya. Tentang semua cerita yang
terangkai dalam perjalanan ini, cerita tentang tawa dikereta yang ngebully sang
ketua angkatan, tentang banyolan konyol, dan semua yang terjabar indah tanpa
rangkuman dimemory. Indah memang, seakan tak ingin melepas Mahameru, tapi kami
harus bergegas untuk mengejar mimpi kami selanjutnya.
Terima kasih Tuhan, terima kasih Mahameru, kau telah memberi
kesempatan untuk berdiri ditanah tertinggi Pulau Jawa. Tanah abadi para dewa,
tanah yang gagahnya berdiri dan memberi kedamaian setiap jiwa yang berhasil
mencapainya. Memberi cinta dan juga memberi jawaban mimpi.
“dan aku percaya keajaiban mimpi itu ada”